Rabu, 06 Juni 2012


Emosi Memiliki Harley-Davidson adalah tahapan tertinggi bagi pemilik dan penggemar motor. Ini tak lain karena merek HD yang memang telah mendunia dan terkenal khas. Ibarat kata, belum lengkap mengendarai motor jika belum mendengar suara derum dan getaran khas dari motor satu ini.
“Harley-Davidson adalah kombinasi dari besi, kulit, getaran, suara, yang semuanya menjadi satu. HD adalah karya seni. 
Ada emosi dan kebebasan yang tergambar dengan mengendarai Harley,” kata Willy Tjondrodiputero, General Manager PT Mabua Harley-Davidson kepada SH di Jakarta, Kamis (1/5).
Bagi pecandu Harley, kehadiran ATPM cukup menyenangkan. Karena sekarang HD sudah dirakit sendiri di dalam negeri alias CKD (Completely Knock-Down), dimotori oleh PT Emhade Tunggal Sentosa di Jl. Fatmawati , Jakarta Selatan.
Harley di Indonesia hadir dengan empat showroom Selain di Fatmawati, Jakarta, HD juga berlokasi di Kelapa Gading, Automall di bilangan Sudirman, dan satu lagi di Bali.
Setiap showroom dilengkapi dengan jenis HD keluaran terbaru, aksesoris, mulai dari sarung kaki, sarung tangan, jaket sampai kelengkapan motor yang serba kulit. Tercatat terdapat 23 model HD, mulai yang termurah model XL 883 Sportster (sekitar Rp 156 jutaan) hingga tipe Ultra Classic Electra Glide EFI (sekitar Rp 373 juta).
Yang paling banyak digemari adalah model Sportster XL 883. Selain modis, macho, ramping dan cocok dengan postur penggemar di Indonesia. Harganya pun terjangkau.
Motor HD saat ini cukup digemari di Indonesia.
Menurut Willy, populasi HD sejak 1998 sekitar 800 unit. Angka ini berdasarkan data penjualan dari dealer. Total angka tersebut barangkali jauh lebih banyak mengingat HD sudah hadir di Indonesia sejak lama.

Teknologi
Harley-Davidson tak lagi mempertahankan konsep yang dianut sejak 1952. Terbukti untuk keluaran tahun 2001, mereka telah meluncurkan tipe V-ROD VRSCA. Yang paling menarik dari upaya HD adalah teknologi di dalam mesinnya. Hampir semua berubah. Contohnya dapur pacu V-ROD ini merupakan hasil pengembangan dari VR1000.
Kapasitas silinder mesinnya ditingkatkan lagi. Walau tetap memakai dua silinder dan membentuk konfigurasi V, kapasitas mesinnya menjadi 1.230 cc. Itu merupakan hasil dari bore-up diameter silinder 98 mm menjadi 100 mm dan stroke (langkah) 66 mm dibuat lebih panjang menjadi 72 mm.
Motor ini dijuluki Revo (singkatan revolusi), karena lebih maju. Teknologi mesinnya menggunakan dua poros kem (DOHC) yang dilengkapi masing-masing silinder dengan empat klep.
Menurut catatan mereka yang memiliki, motor ini tak perlu sering menyetel klep,. Sebab sekarang menggunakan shim yang menyerupai pil terletak di antara tonjolan kem dan klep. Makin tebal shim-nya, makin tinggi pula angkatan klepnya. Bila aus atau mencapai 10.000 mil atau setara 16 ribu kilometer, tinggal mengganti pil atau shim-nya.
Sistem pendinginan mesin juga terjadi revolusi, tak lagi mengandalkan udara seperti HD selama ini. Kini V-ROD menggunakan pendingin air (radiator). Dengan mesin yang selalu dingin, maka motor besar diklaim mampu menghasilkan tenaga 115 daya kuda (DK). Ini yang oleh penggemar HD disebut sebagai teknologi radikal karena mengaplikasikan sistem pendingin mesin.. Selama ini Harley seperti tabu memakai sistem pendingin air. Harley selalu melanglang seirama dengan alam, yakni angin atau udara yang menerpa. Itulah pendingin alam mesin HD.
Ini berbeda dengan motor besar buatan Jepang yang minim peminat di Indonesia. Padahal urusan mutu tak kalah. Orang keburu jatuh cinta dengan HD. Maka tak heran jika pabrikan Jepang tak terlalu ngebet. Benar mereka memiliki produk, tetapi tak dipromosikan gencar.

Ready Stock
Akan halnya Cagiva, seperti diutarakan oleh Sales Supervisor, Afian Prihartono, penjualannya juga meningkat. Cagiva terdiri atas tiga merek yakni Cagiva, MV Agusta, dan Husqvarna. Untuk Indonesia PT Cagiva Indonesia yang kini berlokasi di Jalan Fatmawati itu, merupakan agen tunggal sekaligus menjadi country representative untuk kawasan Asia Tenggara.
Kecuali model Stella 125R yang diproduksi di Thailand, semua model dan tipe unit lain didatangkan utuh dari Italia alias CBU (Completely Build Up).
“Bapak tahu sendiri Italia dikenal paling jago dalam hal teknologi motor dan mobil seperti halnya Ferrari di ajang lomba F1. Cagiva juga sudah lama terjun dalam lomba motor dan memenangkan balap kelas dunia. Mesin, tampilan dan bahan motor yang kita impor jelas sekali perbedaannya dengan motor lain,” ujarnya.
Ditemui di kantornya, Rabu (30/4), PT Cagiva Indonesia jelas Afian, memang tidak mau melakukan sistem inden bagi calon pembeli. Alhasil, setiap bulan mereka paling banyak mendatangkan sebanyak 50 unit. Itupun dalam sekejap langsung habis terjual.
“Kita memang sengaja tidak mau inden karena kita ingin barang kita ready stock. Di samping itu kita tidak mau menjanjikan kepada calon pembeli motor datang pada waktu tertentu tetapi molor. Kita mau menghindari image jelek seperti itu,” katanya menjelaskan.
Kekhasan Cagiva dan telah terbukti adalah pada power atau kekuatan. Bodi motor menyiratkan kesan kokoh, siap dipacu optimal. MV Agusta misalnya, dengan tampilan mirip motor balap GP500, motor dengan 750 cc ini bisa dipacu pada kecepatan 100 km/jam hanya dalam waktu 1,3 detik. Harganya, jangan ditanya. Model F4s 1+1 dipatok pada harga Rp 290 juta (on the road).
PT Cagiva 
Indonesia menghadirkan beragam model dengan harga bervariasi, namun terjangkau. Dibandingkan Harley-Davidson, BMW, Cagiva lebih di bawah. Model Stella 115 cc misalnya bisa dibawa pulang dengan Rp 22,5 juta. Cagiva Mito 125 cc yang desainnya tak jauh dari motor balap GP500 harganya Rp 57 juta. Sedangkan Husqvarna SM 610S yang bodinya paling besar dari yang lain dipatok pada harga Rp 15 juta (on the road


 Moge Bekas, Dilirik Konsumen

Kemajuan teknologi dan inovasi yang semakin mutakhir menyebabkan munculnya beragam kendaraan bermotor yang cukup canggih dan inovatif. Motor besar salah satunya. Kepemilikan motor besar yang juga lazim disebut motor gede (Moge) ini telah menjadi trend di daerah ini. Tak hanya kalangan ekonomi atas, tapi masyarakat biasa pun bisa memiliki moge sekarang ini, terutama moge bekas. Perkembangan penjualan moge bekas yang begitu pesat, menjadikan peluang bisnis ini pun lumayan cerah.
Pesatnya perkembangan bisnis ini dapat dilihat dari menjamurnya show room moge bekas di dareah ini. Produk yang ditawarkan, mulai dari model copper, sport, fat boy, classic, modern, serta lainnya dengan berbagai tipe dan merek.
Menurut pengelola merangkap sebagai mekanik Lets Motor, I Made Darmawan, yang beralamat di jalan W.R. Supratman, Selasa (15/2) kemarin, peluang bisnis penjualan moge memang menjanjikan, yakni diperlukan ketekunan dan professionalisme di bisnis ini, agar tak kalah saing dengan penjual moge bekas lainnya.
‘’Animo masyarakat di daerah ini terhadap moge bekas saat ini semakin tinggi. Hal ini tak dapat dihindari karena sebagian orang, khususnya kalangan anak muda menganggap mengendarai moge akan menambah percaya diri (pede) di jalan raya. Di samping itu, memiliki moge akan mengangkat derajat sang pemiliknya,’’ ujarnya.
Lanjut Darmawan, saat ini harga jual moge bekas cenderung semakin murah dan terjangkau untuk semua kalangan konsumen. Hal ini dikarenakan, inovasi baru di bidang teknologi otomotif terus berkembang, sehingga hampir setiap bulan muncul produk-produk moge baru di pasaran. Harganya pun semakin menantang sesuai tipe dan modelnya yang terbaru. Untuk Moge bekas Suzuki Bandit 400 cc tahun 1992 misalnya, kini bisa didapatkan dengan harga berkisar Rp 17 juta (of the road). Demikian juga merek moge bekas lainnya sangat bersaing, baik dari segi harga, keunggulan, maupun aksesorinya yang makin menarik simpati konsumen. ‘’Jika konsumen menginginkan moge bekas tersebut dilengkapi dengan surat-surat agar bisa digunakan di jalan raya, konsumen cukup menambah uangnya sekitar Rp 2,5 juta saja,’’ ungkapnya.
Darmawan mengakui, penjualan moge bekas cukup prospektif saat ini. Ada kecenderungan, kalangan anak muda lebih suka gonta-ganti moge, mengingat anak muda sangat mudah mengikuti tren masa kini. Moge bekas jenis sport misalnya yang banyak mereka cari. Walaupun harganya mencapai Rp 70 juta per unit, mereka tak takut melepas uangnya karena kepentingan. Di samping itu, gengsi terhadap teman/ kerabatnya.
Katanya, tak hanya moge baru yang banyak dicari konsumen. Tapi, bagi mereka yang pas-pasan modal, dengan membeli moge bekas pun tak jadi soal.
Selain harganya lebih miring, inovasinya juga tak kalah tren dari moge yang berkembang. Rata-rata hampir setiap bulan Lets Motor mendatangkan moge bekas langsung dari Yogyakarta sebanyak 3-5 unit dari berbagai tipe dan merek.
Hal senada diungkapkan Mulyono, salah seorang penjual moge bekas lainnya yang beralamat di jalan Teuku Umar. ‘’Sektor otomotif berkembang pesat saat ini. Hal ini bisa dilihat, hampir setiap saat muncul produk mobil dan motor baru di pasaran,’’ ujarnya.
Lanjut Mulyono, fenomena kemunculan beberapa produk moge bekas belakangan ini bisa dilihat, tak semua moge mampu mempertahankan kepercayaan konsumen, karena setelah dipakai ternyata mutu moge tersebut tak sesuai harapan. Pengalaman ini, sepatutnya bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi konsumen, dalam memilih moge bekas.
Menurutnya, kuat kecenderungan hal ini sebagai akibat, minimnya pengetahuan konsumen akan teknologi otomotif, yakni moge ini memerlukan perawatan secara telaten dan intensif.

0 komentar:

Posting Komentar